Ekonomi Asia Sebagai Penghubung Perdagangan Global
Metapasar - Dunia tetap terhubung erat berkat perdagangan global, tetapi pola koneksi ekonomi mengalami pergeseran. Beberapa ekonomi utama cenderung lebih banyak berdagang dengan mitra yang lebih dekat secara geopolitik, sementara yang lain terus memperdalam jaringan perdagangan internasional mereka, baik secara geografis maupun lintas spektrum geopolitik.
Asia berada di garis depan dari pergeseran pola perdagangan global ini dalam berbagai bentuknya. Bagaimana perubahan pola perdagangan ini akan berkembang masih belum pasti, tetapi empat tren utama di kawasan ini sudah terlihat. Memahami tren ini dapat membantu para pemimpin bisnis mengantisipasi bentuk lanskap ekonomi kawasan ini serta peran kawasan tersebut dalam pasar global.
Asia Memperkuat Ketergantungan Ekonomi
Asia kini menjadi kawasan perdagangan paling terintegrasi kedua di dunia, setelah Uni Eropa. Pada tahun 2022, hampir 57% dari nilai perdagangan Asia berasal dari dalam kawasan, naik dari 54% pada tahun 2000. Ini berbeda dengan sebagian besar kawasan lain, yang mengalami penurunan dalam pangsa perdagangan antar-wilayah. Integrasi perdagangan regional Asia didorong oleh pertumbuhan cepat rantai pasokan manufaktur lintas batas. Sekitar dua pertiga dari perdagangan intra-Asia adalah dalam bentuk "intermediates", utamanya pada komponen yang digunakan dalam pembuatan barang lain.
Ketergantungan ekonomi yang semakin dalam antara Cina dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang merupakan mitra dagang terbesar satu sama lain yang cukup menonjol. ASEAN menyumbang 15% dari total perdagangan Cina pada tahun 2023, naik dari 10% pada tahun 2010, sementara Cina menyumbang 20% dari total perdagangan ASEAN pada tahun 2023, naik dari 12% pada tahun 2010. Integrasi lebih lanjut dapat didorong oleh Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia yang mencakup 15 ekonomi di kawasan Asia–Pasifik.
Saat perdagangan ekonomi Asia berkembang, beberapa memilih mitra dagang yang dekat secara geopolitik
Ekonomi Asia semakin terlibat dalam perdagangan, dan geopolitik mungkin mempengaruhi bentuk pertumbuhan ini. Secara global, antara 2017 dan 2023, nilai barang yang diperdagangkan tumbuh sekitar 5% setiap tahun, rata-rata. Banyak ekonomi Asia mengalami pertumbuhan perdagangan tahunan yang lebih cepat: 6% di ASEAN, lebih dari 7% di Cina dan India, dan 8% di Vietnam.
Geopolitik mungkin semakin mempengaruhi bentuk pertumbuhan ini. McKinsey Global Institute telah mengembangkan ukuran "jarak geopolitik" dalam perdagangan, sebuah analog dari jarak geografis yang mengukur seberapa dekat suatu ekonomi dengan mitra dagangnya secara geopolitik. Menurut metrik ini, antara 2017 dan 2023, rata-rata jarak geopolitik perdagangan Cina turun 4%. Untuk Jepang dan Korea Selatan, jarak geopolitik turun 4% dan 6%, masing-masing. Ini menunjukkan bahwa perdagangan ekonomi ini telah beralih ke mitra yang lebih dekat secara geopolitik. Namun, ini bukan tren yang berlaku secara universal. Secara khusus, jarak geopolitik tetap stabil untuk ASEAN dan India. Perdagangan mereka terus meluas ke spektrum geopolitik yang luas, meskipun geopolitik mungkin akan membentuk kembali hubungan perdagangan mereka dalam beberapa tahun ke depan.
Munculnya Penghubung Global
Antara 2017 dan 2023, perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina menurun, tetapi ASEAN muncul sebagai "penghubung" antara kedua ekonomi ini. Selama periode ini, impor ASEAN dari Cina meningkat pesat sementara ekspor ASEAN semakin banyak menuju Amerika Serikat. Dalam kasus Vietnam, nilai impor dari Cina berlipat dua, dengan penambahan sebesar $50 miliar dan ekspornya ke Amerika Serikat meningkat sebesar $60 miliar. Tren serupa, meskipun kurang menonjol, terlihat di Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Dalam kasus India, perdagangannya dengan Rusia tumbuh pesat, mencerminkan peningkatan 12 kali lipat dalam impor sumber daya energi. Sementara itu, India meningkatkan ekspor seperti elektronik, farmasi, karet, dan plastik ke Eropa dan Amerika Serikat. Meskipun ada ketegangan geopolitik, posisi Cina sebagai eksportir terbesar dunia tetap kuat, dan pangsa ekspornya meningkat sedikit dalam beberapa tahun terakhir, dari 13% pada tahun 2019 menjadi 14% pada tahun 2023.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow