Jadwal Mundur, SSF Meluncur September 2024
Metapasar - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana mengadakan peluncuran besar-besaran untuk produk terbarunya, Single Stock Futures (SSF), pada September 2024. Sebelumnya, BEI telah melaksanakan peluncuran awal pada 12 Agustus 2024.
Produk Single Stock Futures, yang merupakan instrumen keuangan derivatif di BEI, sebenarnya telah dipromosikan sejak akhir 2023 dan awalnya diproyeksikan untuk diluncurkan pada kuartal I 2024.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyebutkan bahwa penundaan peluncuran Single Stock Futures ini disebabkan oleh kondisi pasar yang masih tidak stabil dan kesiapan anggota bursa yang belum maksimal untuk memasarkan produk tersebut.
“Saat ini pasar sudah menunjukkan perubahan yang mungkin menuju ke arah bullish (kenaikan), dan alasan lainnya adalah menunggu kesiapan anggota bursa derivatif. Saat ini, sudah ada satu anggota bursa derivatif yang telah diberi izin oleh bursa untuk menyelenggarakan perdagangan sekuritas,” kata Jeffrey dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal di Jakarta pada 22 Agustus 2024.
Jeffrey juga menjelaskan bahwa Single Stock Futures akan melengkapi portofolio produk derivatif yang sudah dimiliki BEI, seperti LQ45 Futures, IDX30 Futures, Indonesia Government Bond Futures, dan Basket Bond Futures.
Selain itu, pada 25 Maret lalu, BEI juga meluncurkan kembali 15 seri dengan lima saham underlying, termasuk konstituen LQ45 seperti saham BBCA, BBRI, TLKM, ASII, dan MDKA.
“Semua ini adalah bagian dari upaya kami untuk memperdalam pasar, mengingat posisi bursa yang sangat strategis, baik di level ASEAN maupun global. Pendalaman pasar ini menjadi keharusan,” tambahnya.
Produk derivatif Single Stock Futures memiliki beberapa keunggulan, seperti modal transaksi yang lebih kecil dibandingkan transaksi saham, realisasi keuntungan yang lebih cepat, biaya transaksi yang rendah, mekanisme yang mirip dengan transaksi saham, dan potensi keuntungan saat pasar sedang turun.
Adapun, jadwal peluncuran SSF disebut juga masih menunggu anggota bursa derivatif benar-benar dinyatakan siap. Jeffrey mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada satu AB yang diberikan izin oleh bursa untuk menyelenggarakan perdagangan produk-produk derivatif, yaitu Bina Arta Sekuritas.
Selain itu, ada tiga sekuritas calon anggota bursa derivatif yang berada dalam pipeline. Menurut Jeffrey, AB tersebut tidak lama lagi akan diberikan izin oleh BEI.
“Kesiapan sistem dan administrasinya sudah mencapai tahap final,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa produk SSF ini dirancang untuk melengkapi produk derivatif yang sudah dimiliki oleh BEI. SSF, atau kontrak berjangka saham tunggal, adalah kontrak standar antara pembeli dan penjual yang menentukan harga saham yang akan diserahkan saat kontrak berakhir.
Saham-saham underlying terdiri dari konstituen LQ45 dari berbagai sektor, seperti saham BCA (BBCA), BRI (BBRI), Telkom Indonesia (TLKM), Astra International (ASII), dan Merdeka Copper Gold (MDKA).
SSF dengan saham memiliki perbedaan yang paling mencolok, yakni pada modal transaksi. Untuk membeli saham, investor harus menyiapkan modal penuh sebesar 100% dari harga 1 lot, sedangkan biaya transaksi SSF hanya sekitar 4% dari harga 1 lot per kontrak.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI, Firza Rizqi Putra, mencontohkan bahwa jika seseorang membeli 10 lot saham ABCD seharga Rp2.500.000, maka jika membeli kontrak saham ABCD melalui SSF, ia hanya perlu mengeluarkan Rp100.000.
Karena harga yang lebih rendah, otomatis biaya transaksi di SSF juga lebih murah, yaitu hanya Rp250 per kontrak, sementara untuk saham dikenakan biaya sebesar 0,03% dari nilai transaksi.
Selain itu, investor dapat mengambil posisi short ketika pasar turun. Dengan adanya instrumen ini, investor bisa memanfaatkan pergerakan harga emiten-emiten yang mahal dengan modal yang tidak terlalu besar.
Di sisi lain, realisasi keuntungan SSF bisa dicairkan dalam 1 hari bursa (T+1), sedangkan untuk saham biasa pemindahan bukuan efek terjadi pada T+2. Keuntungan SSF direalisasikan berdasarkan mark to market harian, sementara keuntungan saham baru direalisasikan ketika dijual oleh investor.
Namun, SSF memiliki periode jatuh tempo yaitu 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan, sementara saham tidak memiliki periode jatuh tempo.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow